Page Bar

Sabtu, 19 Juni 2010

Terimalah Yang Telah Dia Berikan

"Engkau bertajrid, padahal Allah menjadikanmu pada golongan yang mencari penghidupan. Keinginan (bertajrid) merupakan keinginan hawa nafsu. Sebaliknya, kau ingin memenuhi kehidupan duniawi, padahal Allah telah menjadikanmu kedalam golongan orang bertajrid. Keinginan mengejar duniawi merupakan kemunduran dari cita-cita yang luhur"

Allah SWT tidak hanya menciptakan kehidupan akhirat. Allah juga menciptakan kehidupan duniawi. Mengapa engkau membenamkan diri dalam ritual-ritual yang justru menghabiskan umurmu dengan sia-sia, tak bermanfaat bagi sesama manusia. Engkau berkeinginan dekat kepada Allah, lalu duduk berlama-lama memutar biji tasbih, tepekur sampai tengkukmu menjadi kaku. Engkau memperbanyak amalan-amalan sunah, sampai-sampai yang wajib terlupakan.

Sikap seperti itu ertanda bahwa kau hanya mengejar kehidupan akhirat belaka. Engkau melupakan hak dan kewajibanmu sebagai mahkluk di muka bumi. Padahal Allah menjadikan manusia itu sebagai khalifah, sebagai pengatur dan penguasa dunia.

Engkau lupa bahwa dirimu punya hak dan kewajiban untuk beristri dan beranak, mencari nafkah dan bergaul dengan sesama. Jika engkau bersikap mementingkan diri sendiri karena memburu akhiratmu, maka engkau pun melupakan kewajibanmu terhadap sesama manusia, terhadap anak dan istrimu terhadap orang-orang di sekitarmu.

Atau, justru sebaliknya, engkau tidak memikirkan akhirat sama sekali tetapi sibuk memburu kekayaan. Siang dan malam membanting tulang. Tak henti-hentinya mengumpulkan energi dan memeras keringat. Semua itu kau lakukan untuk mencapai kenikmatan duniawi. Ingatlah, Allah tidak hanya menciptakan dunia, tetapi juga menyediakan akhirat.

Jika dirimu tenggelam dalam lautan duniawi belaka, lalu mana persisapan untuk akhirat mu? Kenikmatan hidup disunia ini hanya sekejap. Bagaikan musafir yang singgah dibawah pohon untuk berteduh.

Sebagai orang yang bermata hati, hendaknya jangan mementingkan urusan akhirat saja. Keinginan itu merupakan keinginnan hawa nafsu. Sebaliknya, jangan pula mementingkan urusan duniawi. Itu pun merupakan keinginan hawa nafsu.

Orang yang tajam penglihatannya, tentu dapat mengatur keseimbangan antara akhirat dan kehidupan dunia. Masign-masing mendapat porsi yang seimbang. Orang-orang ini sadar bahwa Allah telah menyediakan kenikmatan duniawi yang harus dicapai dengan jerih payah. Allah menjanjikan akhirat yang harus dicapai dengan jerih payah pula. Karenanya, dalam masalah ini yang terpenting adalah diperlukan sikap berserah diri kepada Allah, bersikap menerima atas kehendakNya terhadap pernghidupanmu.

Berkurangnya Harapan Ketika Gagal

"Orang yang membangga-banggakan jerih payah dan perbuatannya, ketika gagal akan berkurang harapannya terhadap rahmat Allah"

Jika dirimu mempunyai anggapan bahwa segala sesuatunya yang telah engkau petik di dunia ini atas jerih payahmu sendiri, maka berarti engkau membanggakan diri terhadap kemampuan-mu. Engkau akan menemui penyesalan ketika kelak gagal. Engkau akan menyesal manakala mendapati hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
Manusia seringkali lupa bahwa di balik daya upaya dirinya itu ada kekuatan yang Maha Kuat. Kekuatan Yang Berkuasa dan menentukan harapan-harapannya.

Jika mata hatimu jerniah, maka engkau akan melihat bahwa asal penyebab di balik jerih payahmu dan hasil yang kau dapatkan hanyalah dari Allah semata.

Keyakinan ini haruslah ditanamkan di dalam hati, agar engkau tidak menyesal manakala ikut bermain dalam kehidupan ini kemudian terantuk batu sandungan; gagal! Begitu juga jika engkau berhasil dalam mencapai harapan, maka engkau tak akan kufur nikmat.

Kebanyakan di antara manusia lupa diri. Mereka menganggap semua harapan itu dapat diraih dengan kekuatan usahanya sendiri. Karenanya jika ia telah dapat mencapai kenikmatan hidup, akhirnya jadi berbangga diri. Mereka mengingkari nikmat yang dirasakan. Mereka lupa bahwa yang menentukan hasil akhir dari jerih payah adalah Tuhan. Tanpa campur tangan kekuasaanNya, tak mungkin dapat mencapai kenikmatan itu.

Ingatlah, jika engkau lupa bahwa takdir Allah itu sangat mempengaruhi jerih payahmu, maka engkau pasti kecewa ketika menemui kegagalan.

Tetapi jika dirimu sadar terhadap kegagalan dibalik usaha, maka kegagalan dibalik usaha, maka kegagalan hanya engkau pandang sebagai peringatan guna memperkuat kesadaran dalam berkehendak. Orang yang mengaku salik, tentu menyandarkan harapannya kepada Yang Mengabulkan cita-cita.