Page Bar

Selasa, 27 November 2007

Memahami Indahnya Kegagalan

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary“Sesungguhnya kegagalan terasa menyakitkan, semata karena anda tidak faham sesuatu dari Allah di dalam kegagalan itu.”Jika anda faham, anda akan melihat adanya kelembutan Ilahi, karena semuanya adalah rahmat dan kemurahan dariNya. Jadi seperti dikatakan juga oleh Ibnu Athaillah, “Siapa yang menyangka terlepasnya kelembutan Ilahi atas takdirnya (yang keras) semata karena piciknya pandangan orang itu.”Di atas juga disebutkan, “Jika Allah membukakan pintu kefahaman, maka kegagalan adalah hakikat pemberian.” Dan kelak dibelakang akan kita jumpai kata-kata beliau yang indah, “Hendaknya bisa memperingan beban atas derita cobaan pada dirimu, manakala engkau mengenatui bahwa Allahlah yang memberi cobaan itu padamu.”Jadi bila kita mengenal Allah Maha Kasih, Maha Lembut, Maka Mulia dan Maha Murah, maka segala bentuk keterhalangan kehendak kita, sesungguhnya sama sekali tidak akan merubah pendirian kita akan Sifat-sifat LembutNya dan KasihNya kepada kita.Karena itu beliau melanjutkan hikmahnya yang agung:“Terkadang Allah membukakan pintu Taat pada Allah bagimu, dan tidak membukakan pintu suksesnya keinginanmu. Bahkan Allah pun menentukan suatu tindakan dosa padamu, dan tindakan itu malah membuatmu sampai ke hadiratNya.”Taat itu sendiri adalah anugerah yang luar biasa, bukan sekadar suksesnya keinginan anda. Karena kegagalan atas cita-cita anda sesungguhnya teriringi oleh anugerah Allah dibalik semua itu. Jadi hakikatnya bukan gagal, namun anugerah pemberian.Pintu-pintu sukses yang sesungguhnya ada tiga, menurut Syeikh Zarruq:Pertama: Taqwa, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah menerima (memberikan Kabul) dari orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Maidah 27). Setiap amaliyah yang tidak disetrtai ketaqwaan hanyalah kepayahan dan kerja keras tanpa guna. Menjadi berguna manakala seseorang melakukannya dengan penuh sukacita bersama Allah Ta’ala.Kedua: Ikhlas. Segala sesuatu kalau bukan karena demi Wajah Allah tidak diterima oleh Allah. Hadits Qudsy menegaskan, “Aku Maha tidak butuh pendamping yang lain (syirik). Siapa yang beramal dimana ada unsur lain di dalamnya selain diriKu, maka Aku tinggalkan amal hamba itu dan unsur lain tersebut.”Ketiga: rasa yakin mengikuti jejak Sunnah dan Kebenaran. Karena Allah tidak menerima amal hamba yang melakukan amaliyah kecuali dengan sikap benar dan mengikuti kebenaran.Siapa pun yang melakukan amaliyah dengan tiga kategori di atas, maka dia akan mendapatkan kemudahan atas amaliahnya karena ketiganya sebagai pertanda diterimanya amal. Jika tidak, maka hanya mendapatkan kepayahan dan kelelahan belaka.Sedangkan orang yang ditakdirkan dosa, menjadi sebab orang tersebut wushul kepada Allah, dimana hidayah justru terbuka paska tindakan dosa, karena tiga hal pula:
Rasa remuk redam atas tindakan dosanya, seperti dalam hadits Qudsi:
  1. “ Aku bersama orang yang remuk redam hatinya demi menuju kepadaKu.”
    Ditambah dengan taubat orang tersebut, “Sesungguhnya Allah mencintai orangt-orang yang taubat.” (Al-Baqarah : 222).
    Semangat yang disertai kewaspada-an dalam menempuh keikhlasan, dan penyucian dosa-dosanya. Dalam hadits disebutkan, “Betapa banyaknya dosa, malah membuat si empunya malah masuk syurga.”
  2. Syeikh Abul Abbas al-Mursi menafsirkan firman Allah swt :“Allah memasukkan malam di dalam siang dan memasukkan siang di dalam malam. “ (Al-Hajj: 61)Maknanya adalah Allah memasukkan taat dalam maksiat, dan memasukkan maksiat di dalam taat.Seorang hamba yang penuh taat, lalu dia kagum atas prestasi taatnya, dan merasa dengan taatnya kepada Allah membuatnya hebat, lalu minta ganti rugi pahala dari Allah atas amal ibadahnya. Sikap demikian adalah kebaikan yang dihapus oleh keburukan.Rasa kagum atas prestasi ibadahnya adalah kejahatan di dalam dirinya. Itulah yang disebut masuknya taat dalam maksiat.Begitu juga ketika pendosa berbuat dosa, kemudian ia bertobat kembali kepada Allah Ta’ala dengan remuk redam hatinya, merasa hina dan memohon ampunan padaNya, bahkan dia merasa lebih berdosa dari siapa pun jua, karena belum pernah ada dosa yang lebih hebat ketimbang dia.

Kesadaran ini berarti maksiat yang masuk dalam taat.Kemudian mana yang disebut maksiat dan mana yang disebut ibadah taat?

(Sumber: http://www.sufinews.com)

“Seandainya Sareat Membolehkan, Aku Ingin Berwudhu Dengan Air Matamu”

Pernah mendengar kata-kata yang sangat puitis, mendalam, atau indah untuk didengar mungkin, seperti judul diatas??? Kalau pernah dan mengikuti sinetron Para Pencari Tuhan di SCTV pada bulan Ramadhan lalu kita mungkin akan ingat kalau kata-kata itu di ungkapkan oleh tokoh yang bernama Azam kepada seorang tokoh yang dicintainya, Aya! Dimana dikisahkan disana bahwa Azam pernah dekat dan mencintai Aya, namun karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh Azam, akhirnya Aya menjadi marah dan kemudian berbalik benci kepada Azam… Karena tidak kunjung dimaafkan akhirnya terlontarlah kata-kata diatas untuk menunjukkan ketulusan perasaan Azam untuk berbaikan lagi dengan Aya. Wuihh… Sebuah alur cerita yang mungkin banyak dialami oleh orang-orang di kehidupan sehari-hari… Atau Anda mungkin adalah salah satu orang yang tersenyum-senyum saat mengikuti lika-liku dari proses permintaan maaf Azam kepada Aya? Cuma Anda dan Allah yang tahu…. Saya tidak akan mengumbar pendapat saya dari makna yang tersurat dalam kata-kata puitis diatas. Tetapi saya mencoba membedah maksud kata-kata tersebut diungkapkan dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan (PPT) tersebut.Saat menghadiri workshop yang diadakan di kampus UII Ekonomi Yogyakarta tanggal 25 Nov 2007 kemarin, H.Dedi Mizwar memberikan sedikit gambaran tentang maksud kalimat tersebut. Kata beliau bahwa didalam keterikatan oleh sesuatu, bukan berarti kita telah terikat dan tidak dapat berbuat apa-apa. Justru dengan keterikatan itu kita dituntut untuk berfikir lebih kreatif dalam kehidupan.Coba kita lihat lagi kata-kata diatas “Seandainya Sareat Membolehkan…” Dalam cerita PPT, Azam memakai cara yang unik untuk meminta maaf, dimana karena tidak sesama muhrim maka Azam tidak sembarangan memeluk atau lainnya (seperti kebanyakan sinetron remaja sekarang) untuk mendapatkan maaf atau menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf, tapi dia mengungkapkan kata-kata tersebut kepada tokoh Aya..Kata H. Dedi Mizwar “Kalau kata-katanya seperti itu, bisa encer hati perempuan….” Maksud lainnya yang tersembunyi dari kata-kata tersebut adalah bahwa tidak ada kata menyerah dalam keadaan dan suasana bagaimanapun. Bukan keadaan yang mengendalikan kita, tetapi kita adalah pengendali keadaan. Jika kita bias bersikap seperti itu, selayaknya hidup akan lebih ringan dan plong… Sehingga setiap masalah dihadai dengan kepala dingin, berfikir positif, dan dengan hati yang bersih… Menurut saya, pola berfikir seperti ini yang harus sering kita latih dan biasakan saat ini…Suasana disini bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan hati atau perasaan… Suasana bias kita analogikan ke situasi perkuliahan, situasi kerja, atau apapun yang terjadi didalam kehidupan nyata. Sebenarnya makna-makna diatas dapat diimplementasikan kedalam semua keadaan, tergantung kita mengambil dari pola fikir yang mana.Salut buat H. Dedi Mizwar! Beliau telah memberikan pilihan yang bermanfaat kepada dunia sinetron Indonesia yang makin hari makin aneh saja. Kalo ngga’ cinta, pamer kekayaan, udah gitu dukun, dan ujung-ujungnya yang dulu berperan jahat pda akhir episode jadi baik atau paling ngga’ mati…. Cape de…..Maju terus sinetron Indonesia….

Minggu, 25 November 2007

H. Dedi Mizwar:"Sinetron Yang Di Buat Harus Di Pertanggung Jawabkan"

Ternyata bukan hanya buku atau novel yang dibedah atau dibahas oleh pengarangnya... Minggu 25 Nov 2007 di kampun Ekonomi UII berlangsung sebuah acara yang lebih tepatnya di sebut workshop Bedah Sinetron Para Pencari Tuhan alian PPT. Sinetron ini di tayangkan SCTV pada bulan Ramadhan kemarin.
Bedah sinetron ini dihadiri langsung oleh sutradara sinetron ini, yaitu H. Dedi Mizwar...Wajah yang ramah dan terlihat sangat berwibawa mewarnai workshop tersebut. Para audience seperti terkesima oleh kesan tersebut.
Dalam workshop itu beliau memaparkan kemunduran dan kebobrokkan industri sinetron Indonesia serta dampaknya bagi pemirsanya... Sinetron kita adalah menggambarkan budaya luar yang mengedepankan hedonisme (pemuas nafsu), gaya hidup mewah, bahkan yang menurut beliau aneh adalah kecenderungan para pembuat film tidak memikirkan tanggung jawab moral mereka ke masyarakat tentang dampak dari apa yang mereka buat nantinya ke masyarakat.
Berbicara sinetron tidak lepas dari TV. TV seperti mengandung sihir...Dimana dari TV orang dapat diajarkan cara mencekik lawannya samapai mati, dari TV orang diajarkan untuk cara berselingkuh, dan dari TV orang diberikan trik-trik untuk membunuh... Media yang mendukung hal-hal itu tidak lain salah satunya adalah sinetron kita saat ini yang kualitasnya semakin turun.
Mengapa demikian keadaanya??? Bang H. Dedi Mizwar menjawab karena para pemirsa tidak diberikan pilihan lain untuk menonton acara TV. Semua stasiun yang ada, acaranya sejenis. Kalo g cinta, palingan mistis, yang semakin membuat dan cenderung menghina agama.
Memang bukan berita baru. Tapi di dalam kecamuk realita yang ada, beliau memaparkan bahwa beliau ingin merubah itu semua dengan membuat karya yang bisa dibilang lain daripada yang lain. Kalau dilihat dari beberapa judul yang beliau buat, antara lain Kiamat Sudah Dekat, Lorong Waktu, dan sekarang PPT, kita harus beri acungan 2 jempol untuk karya tersebut. Karena kita harus jujur, bahwa semua judul tersebut memberikan makna tersendiri bagi pemirsanya. Menurut saya sendiri, jika seandainya kita senua diberikan pilihan untuk menonton acara yang lebih bermanfaat, kita akan memilih acara tersebut. Buktinya adalah semua judul sinetron tersebut saat ditayangkan pada masanya selalu mendapat apresiasi dari masyarakat dan tidak ketinggalan rating dari sibetron tersebut yang tinggi. Seperti kata Bang H. Dedi Mizwar "Saya percaya bahwa manusia itu cenderung ke arah kebaikan".!!!!