Selasa, 27 November 2007
“Seandainya Sareat Membolehkan, Aku Ingin Berwudhu Dengan Air Matamu”
Pernah mendengar kata-kata yang sangat puitis, mendalam, atau indah untuk didengar mungkin, seperti judul diatas??? Kalau pernah dan mengikuti sinetron Para Pencari Tuhan di SCTV pada bulan Ramadhan lalu kita mungkin akan ingat kalau kata-kata itu di ungkapkan oleh tokoh yang bernama Azam kepada seorang tokoh yang dicintainya, Aya! Dimana dikisahkan disana bahwa Azam pernah dekat dan mencintai Aya, namun karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh Azam, akhirnya Aya menjadi marah dan kemudian berbalik benci kepada Azam… Karena tidak kunjung dimaafkan akhirnya terlontarlah kata-kata diatas untuk menunjukkan ketulusan perasaan Azam untuk berbaikan lagi dengan Aya. Wuihh… Sebuah alur cerita yang mungkin banyak dialami oleh orang-orang di kehidupan sehari-hari… Atau Anda mungkin adalah salah satu orang yang tersenyum-senyum saat mengikuti lika-liku dari proses permintaan maaf Azam kepada Aya? Cuma Anda dan Allah yang tahu…. Saya tidak akan mengumbar pendapat saya dari makna yang tersurat dalam kata-kata puitis diatas. Tetapi saya mencoba membedah maksud kata-kata tersebut diungkapkan dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan (PPT) tersebut.Saat menghadiri workshop yang diadakan di kampus UII Ekonomi Yogyakarta tanggal 25 Nov 2007 kemarin, H.Dedi Mizwar memberikan sedikit gambaran tentang maksud kalimat tersebut. Kata beliau bahwa didalam keterikatan oleh sesuatu, bukan berarti kita telah terikat dan tidak dapat berbuat apa-apa. Justru dengan keterikatan itu kita dituntut untuk berfikir lebih kreatif dalam kehidupan.Coba kita lihat lagi kata-kata diatas “Seandainya Sareat Membolehkan…” Dalam cerita PPT, Azam memakai cara yang unik untuk meminta maaf, dimana karena tidak sesama muhrim maka Azam tidak sembarangan memeluk atau lainnya (seperti kebanyakan sinetron remaja sekarang) untuk mendapatkan maaf atau menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf, tapi dia mengungkapkan kata-kata tersebut kepada tokoh Aya..Kata H. Dedi Mizwar “Kalau kata-katanya seperti itu, bisa encer hati perempuan….” Maksud lainnya yang tersembunyi dari kata-kata tersebut adalah bahwa tidak ada kata menyerah dalam keadaan dan suasana bagaimanapun. Bukan keadaan yang mengendalikan kita, tetapi kita adalah pengendali keadaan. Jika kita bias bersikap seperti itu, selayaknya hidup akan lebih ringan dan plong… Sehingga setiap masalah dihadai dengan kepala dingin, berfikir positif, dan dengan hati yang bersih… Menurut saya, pola berfikir seperti ini yang harus sering kita latih dan biasakan saat ini…Suasana disini bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan hati atau perasaan… Suasana bias kita analogikan ke situasi perkuliahan, situasi kerja, atau apapun yang terjadi didalam kehidupan nyata. Sebenarnya makna-makna diatas dapat diimplementasikan kedalam semua keadaan, tergantung kita mengambil dari pola fikir yang mana.Salut buat H. Dedi Mizwar! Beliau telah memberikan pilihan yang bermanfaat kepada dunia sinetron Indonesia yang makin hari makin aneh saja. Kalo ngga’ cinta, pamer kekayaan, udah gitu dukun, dan ujung-ujungnya yang dulu berperan jahat pda akhir episode jadi baik atau paling ngga’ mati…. Cape de…..Maju terus sinetron Indonesia….
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar